Selasa, 15 Juni 2010

Pengaruh Hukuman Pada Siswa dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Ada berbagai pendapat yang berbeda-beda jika kita bicara tentang hukuman. Sebagaimana orang menganggap bahwa memberikan hukuman kepada siswa seolah-olah telah memperkosa hak seorang siswa dan tidak menunjukkan jiwa pendidik. Sedangkan sebagian orang lagi menyetujui hukuman sebagai cara untuk menghentikan tingkah laku yang tidak diinginkan guru. Oleh karena itu sebagai pendidik, kita harus mengerti mengapa perlu atau tidak seorang siswa dihukum, kapan dan untuk tujuan apa?
Di sekolah kita menjumpai adanya masalah dengan adanya pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan siswa. Guru mau tidak mau harus menangani masalah-masalah ini. Kita pernah mendengar keluhan guru bahwa siswanya tidak juga berhenti menyontek, berkelahi, padahal sudah seringkali diberikan hukuman. Sementara itu, ada juga guru yang di- salahkan oleh orang tua karena anaknya tidak mau sekolah lagi akibat hukuman yang diberikannya. Di sini kita dapat melihat bahwa guru adalah subyek kedua yang penting dalam menangani perilaku anak sesudah orang tua. Dengan demikian, guru sebagai pendidik hanya diperbolehkan menggunakan hukuman jika efektif untuk mengubah perilaku siswa. Sebuah hukuman disebut efektif bila mempuyai ciri-ciri:

1. Mempunyai tujuan.
Sebuah hukuman akan efektif bila mencapai tujuan mengubah perilaku anak. Jika perilaku siswa yang buruk berulang, berarti tujuan tidak tercapai dan hukuman yang diberikan tidak efektif. Tujuan hukuman bukanlah untuk menyakiti siswa, membalas perbuatan siswa atau melampiaskan kemarahan guru. Maka seharusnya hukuman bukanlah hal yang menakutkan bagi siswa karena tujuannya ingin menolong siswa memperbaiki tingkah lakunya.
2. Hukum segera dan konsisten.
Hukuman akan efektif bila diberikan segera setelah tingkah laku anak terjadi. Sebab jika hukuman terjadi terlalu lama setelah tingkah laku yang tidak dikehen-daki, hukuman tidak akan membawa hasil. Hukuman yang diberikan kepada siswa harus pula konsisten untuk suatu perilaku tertentu, bukan untuk banyak perilaku yang tidak diinginkan guru dan perubahan.
3. Didahului dengan teguran dan nasihat.
Sebelum hukuman diberikan kepada siswa, sebaiknya guru mendahului dengan teguran, nasihat, atau peringatan. Jika di sekolah ada guru Bimbingan dan Konseling, siswa dapat diserahkan kepadanya untuk diberikan konseling dan nasihat. Tetapi bila teguran dan nasihat sudah tidak diperhatikan lagi, maka konsekuensi/hukuman yang sudah ditetapkan oleh peraturan sekolah harus dilaksanakan.
4. Hukuman dan komunikasi.
Hukuman akan efektif bila mengkomunikasikan maksud dari hukuman tersebut. Hukuman yang disertai penjelasan oleh guru yang bersangkutan tidak membuat siswa
sakit hati dan benci kepadanya. Tetapi akan memotivasi siswa untuk mengubah perilakunya. Sebab guru sudah mengajarkan kepada siswa untuk tidak melakukan tingkah laku yang buruk, guru sebaiknya memberikan pujian, perhatian atau penghargaan kepada siswa atas usahanya. Bila penghargaan tidak seimbang dengan hukuman maka seringkali hu- kuman hanya menekan perilaku siswa sementara saja dan siswa tidak mempu-nyai motivasi untuk mengubahnya. Hukuman yang tidak memenuhi ciri-ciri di atas adalah hukuman yang tidak efektif mengubah perilaku siswa.
Hukuman yang tidak efektif memiliki pengaruh pada siswa, yaitu:
1. Menimbulkan kemarahan, sakit hati dan perlawanan.
Pemakaian hukuman mengundang perlawanan siswa karena ia marah, sakit hati dan tidak suka menerima hukuman tersebut. Ada banyak protes di dalam hatinya yang diwujudkan dalam bentuk perlawanan terhadap guru, sehingga guru bisa terpancing untuk lebih berat lagi memberikan hukuman kepada siswa. Padahal ini tidaklah menyelesaikan masalah tetapi menambah kemarahan di dalam diri anak.
2. Mengundang efek pembalasan.
Balas dendam adalah karakteristik anak yang dikendalikan oleh hukuman. Sebagai contoh, seorang siswa yang dihukum skorsing tidak boleh sekolah satu hari, bisa saja ia mengempeskan ban motor guru-nya.
3. Menjadi model tingkah laku agresif.
Hukuman yang diberikan guru kepada siswa hanya menekan perilaku untuk sementara waktu saja, tetapi tidak meng- hilangkannya. Sebab siswa hanya takut kepada subyek pemberi hukuman. Hal ini akan membuat siswa mempunyai perilaku agresif di saat si pemberi hukuman tidak ada. Siswa yang dihukum karena merokok, akan tetap merokok di saat tidak di lihat orang yang memberi hukuman. Atau siswa akan semakin menjadi perokok berat.
4. Memindahkan tanggung jawab pada guru atas perilaku anak.
Pendidik yang bagus akan mendidik siswa untuk bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. Tetapi guru yang menghukum siswa, akan memindahkan tanggung jawab atas kelanjutan perilaku siswa kepada guru, yaitu bila perilaku tersebut berlanjut. Oleh karena itu, guru dapat merasa bersalah/berdosa jika perilaku siswa tidak berubah atau semakin menjadi-jadi. Mendidik siswa dengan pola hukuman ternyata mempunyai risiko yang cukup besar. Oleh karena itu pendidikan yang berhasil akan sangat mempertimbangkan apakah suatu hukuman perlu diberikan dan apakah hukuman tersebut dapat dilakukan dengan efektif.
Beberapa cara di bawah ini akan menolong guru mengatasi masalah perilaku siswa di sekolah:
1. Peraturan/tata tertib yang jelas
Peraturan /tata tertib sekolah yang baik tidak hanya memuat hal-hal yang harus dilakukan siswa, tetapi juga tahapan-tahapan konsekuensi yang akan diterima siswa jika melanggarnya. Peraturan /tata tertib sekolah yang jelas akan sangat menolong guru menghadapi para siswa yang mempunyai kebiasaan melakukan pelanggaran.
2. Kekompakan guru
Hanya dengan kekompakan guru dalam memberlakukan peraturan sekolah, perilaku siswa dapat diubah. Jika guru tidak kompak, maka guru-guru yang lemah memberlakukan peraturan dapat menjadi idola bagi siswa yang sering melakukan pelanggaran dan diremehkan siswa-siswa yang hidup disiplinnya tinggi. Guru yang melaksanakan peraturan dengan tegas cenderung tidak disukai siswa-siswa pelanggar peraturan. Kalau guru tidak kompak, siswa akan kurang menghormati peraturan sekolah dan akan semakin ba-nyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.
3. Teladan guru
Seorang guru yang menghukum siswa karena sering datang terlambat ke se-kolah, tetapi ia sendiri sering datang terlambat, akan menjadi cemoohan para siswa. Seorang guru harus menjadikan dirinya teladan yang baik bagi siswanya. Dengan demikian siswa akan mempu-nyai respon yang baik terhadap peraturan yang berlaku.
"Wahai guru-guru, di tanganmulah Tuhan sudah mempercayakan generasi muda bangsa ini. Sebagai pendidik, hendaklah kita memakai kesempatan ini untuk menjadikan mereka sebagai orang - orang yang cinta Tuhan, cinta kepada bangsa dan negara".

2 komentar: